“...Sampai Kamu
Datang...”
Satu minggu ditambah
satu hari. Begitu singkat perkenalan kita, tapi ternyata semua telah melekat,
termasuk cinta? Kamu tak percaya? Tentu saja. Aku sendiri juga tak parcaya
bahwa aku akan jatuh cinta lagi.
(01 Februari 2014)
Tiga hari setelah
perpisahan kita. Semua begitu berbeda. Entah mengapa meskipun aku belum
benar-benar mengenalmu, sudah lahir saja rindu yang sulit kuatasi. Aku
mencari-cari kamu dengan menggunakan apapun. Aku mengharapkan beritamu mampir
walaupun sekadar cerita atau mitos semata. Ku dengar, kamu sakit, ya? Cepat
sembuh, ya. Maaf jika aku tak berperan aktif untuk menyembuhkan sakitmu, karena
kamu telah memutuskan kebersamaan kita dan tak lagi ingin melihat aku dalam
tatapan matamu. Aku bertanya-tanya, apa salahku?
Untuk cahaya
penunjukku, aku kebingungan melawan resah dan kangen. Aku berusaha tak
memikirkan kamu dan kenangan-kenangan kita, tapi semakin kulawan; semakin kau
hadir dan melekat. Perpisahan harusnya tak terlalu menghasilkan sakit karena
perkenalan kita belum terjalin begitu lama. Aku hanya menyesal, mengapa semua
yang kupikir akan berakhir bahagia malah berakhir secepat itu? Satu helaan
napasku memburu, kucuri kamu dalam otakku. Kamu tetaplah bayang-bayang,
menghamburkan harapan, kemudian menghempaskan.
Aku melirik ke
belakang, melihat dan mengingat apa saja yang pernah kita lakukan. Aku ingat
ketika kamu memperhatikanku dengan baik dan peduli, sangat mengkhawatirkanku
saat aku sakit. Aku merekam segala rasa cemasmu ketika aku bercerita ada pria
yang tak kukenal mengirimiku pesan singkat dihandphoneku. Aku mengenang
genggaman tanganmu yang kurasakan pertama kali. Tatapan matamu yang tajam
kepadaku, sehingga ku tak mampu menahan tawaku. Rasanya, aku tak cukup kuat
untuk mengembalikan segalanya kembali seperti awal perkenalan kita.
Aku menunggu saat kita
bisa bertemu lagi, saling menumbuhkan rasa percaya juga cinta. Aku menunggu
kamu datang, membawa genggaman hangatmu juga rindu yang kau pendam. Mungkinkah
kau punya cinta dan sayang sekuat dan seindah yang kupunya? Mungkin iya,
mungkin juga tidak. Kamu begitu sulit kutebak, tapi aku mencintai segala
teka-tekimu. Kamu hadir di saat yang tepat, saat aku membutuhkan perkenalan
tanpa keribetan, saat aku menginginkan pria humoris di sampingku. Aku menemukan
sosok pria idaman dalam dirimu, tapi sepertinya aku bukanlah sosok yang kau
inginkan. Aku terlalu buruk untukmu. Aku tak ingin wajah tampanmu bersanding
dengan wanita serendah aku. Kamu terlalu sempurna untuk kugapai dan aku
hanyalah si buruk rupa yang merindukan takdir indah.
Mr. Emon ku, aku
menunggu kamu pulang. Kepulanganmu adalah kebahagiaan bagiku. Aku menunggu kamu
berbalik arah dan kembali berjalan ke arahku. Aku mulai mencintaimu dan kurasa
kamu juga begitu. Kamu selalu berkata sayang, mengucap rindu, dan tersenyum ke
arahku dengan wajah manis. Cukupkah segala alasan itu menjadi dasar penilaiku,
bahwa kau juga mencintaiku? Memang terlalu tergesa-gesa menyebutnya cinta, tapi
izinkan aku bilang bahwa cinta pun bisa datang bahkan tanpa aku meminta.
Ketika berkenalan
denganmu, aku tak minta banyak hal selain pertemanan. Tapi, kau membuka mataku
dan mengecup manis anganku, hingga aku merasa nyaman jika berada di dekatmu.
Jika perasaan itu makin tumbuh, salahkah aku? Maaf, jika aku terlalu berharap
banyak. Maaf, jika aku tak bersikap sadar diri ataupun memilih pergi.
Aku menunggumu sampai
datang. Pulanglah, Mr. Emon ku. Jangan pergi lagi. Aku menunggumu sampai waktu
tak izinkan kita bersatu.
Unutkmu, Mr. Emon ku ~
JR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar