Senin, 17 Maret 2014

"...Sampai Kamu Datang..."



“...Sampai Kamu Datang...”
Satu minggu ditambah satu hari. Begitu singkat perkenalan kita, tapi ternyata semua telah melekat, termasuk cinta? Kamu tak percaya? Tentu saja. Aku sendiri juga tak parcaya bahwa aku akan jatuh cinta lagi.
(01 Februari 2014)
Tiga hari setelah perpisahan kita. Semua begitu berbeda. Entah mengapa meskipun aku belum benar-benar mengenalmu, sudah lahir saja rindu yang sulit kuatasi. Aku mencari-cari kamu dengan menggunakan apapun. Aku mengharapkan beritamu mampir walaupun sekadar cerita atau mitos semata. Ku dengar, kamu sakit, ya? Cepat sembuh, ya. Maaf jika aku tak berperan aktif untuk menyembuhkan sakitmu, karena kamu telah memutuskan kebersamaan kita dan tak lagi ingin melihat aku dalam tatapan matamu. Aku bertanya-tanya, apa salahku?
Untuk cahaya penunjukku, aku kebingungan melawan resah dan kangen. Aku berusaha tak memikirkan kamu dan kenangan-kenangan kita, tapi semakin kulawan; semakin kau hadir dan melekat. Perpisahan harusnya tak terlalu menghasilkan sakit karena perkenalan kita belum terjalin begitu lama. Aku hanya menyesal, mengapa semua yang kupikir akan berakhir bahagia malah berakhir secepat itu? Satu helaan napasku memburu, kucuri kamu dalam otakku. Kamu tetaplah bayang-bayang, menghamburkan harapan, kemudian menghempaskan.
Aku melirik ke belakang, melihat dan mengingat apa saja yang pernah kita lakukan. Aku ingat ketika kamu memperhatikanku dengan baik dan peduli, sangat mengkhawatirkanku saat aku sakit. Aku merekam segala rasa cemasmu ketika aku bercerita ada pria yang tak kukenal mengirimiku pesan singkat dihandphoneku. Aku mengenang genggaman tanganmu yang kurasakan pertama kali. Tatapan matamu yang tajam kepadaku, sehingga ku tak mampu menahan tawaku. Rasanya, aku tak cukup kuat untuk mengembalikan segalanya kembali seperti awal perkenalan kita.
Aku menunggu saat kita bisa bertemu lagi, saling menumbuhkan rasa percaya juga cinta. Aku menunggu kamu datang, membawa genggaman hangatmu juga rindu yang kau pendam. Mungkinkah kau punya cinta dan sayang sekuat dan seindah yang kupunya? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Kamu begitu sulit kutebak, tapi aku mencintai segala teka-tekimu. Kamu hadir di saat yang tepat, saat aku membutuhkan perkenalan tanpa keribetan, saat aku menginginkan pria humoris di sampingku. Aku menemukan sosok pria idaman dalam dirimu, tapi sepertinya aku bukanlah sosok yang kau inginkan. Aku terlalu buruk untukmu. Aku tak ingin wajah tampanmu bersanding dengan wanita serendah aku. Kamu terlalu sempurna untuk kugapai dan aku hanyalah si buruk rupa yang merindukan takdir indah.
Mr. Emon ku, aku menunggu kamu pulang. Kepulanganmu adalah kebahagiaan bagiku. Aku menunggu kamu berbalik arah dan kembali berjalan ke arahku. Aku mulai mencintaimu dan kurasa kamu juga begitu. Kamu selalu berkata sayang, mengucap rindu, dan tersenyum ke arahku dengan wajah manis. Cukupkah segala alasan itu menjadi dasar penilaiku, bahwa kau juga mencintaiku? Memang terlalu tergesa-gesa menyebutnya cinta, tapi izinkan aku bilang bahwa cinta pun bisa datang bahkan tanpa aku meminta.
Ketika berkenalan denganmu, aku tak minta banyak hal selain pertemanan. Tapi, kau membuka mataku dan mengecup manis anganku, hingga aku merasa nyaman jika berada di dekatmu. Jika perasaan itu makin tumbuh, salahkah aku? Maaf, jika aku terlalu berharap banyak. Maaf, jika aku tak bersikap sadar diri ataupun memilih pergi.
Aku menunggumu sampai datang. Pulanglah, Mr. Emon ku. Jangan pergi lagi. Aku menunggumu sampai waktu tak izinkan kita bersatu.
Unutkmu, Mr. Emon ku ~ JR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar