“...Sama Saja...”
Kamu datang membawa banyak harapan, membawa banyak janji lewat
bisikan. Kau hangatkan hatiku dengan yang dingin dengan sesuatu yang kau sebut
cinta. Kau genggam lembut perasaanku dengan sesuatu yang kau sebut kisah nyata.
Lalu, sosokmu masuk dalam hidupku; membawa warna berbeda dalam hari-hariku.
Aku sudah bosan dengan mata bengkak karena menangis, sudah bosan
melamun karena disakiti, dan sudah bosan merasa lelah karena terlalu sering
dibuat menunggu. Kamu bisikan sesuatu di telingaku, “aku tidak akan seperti
dia, tukang PHP.” Kamu berjanji tak akan menyakitiku dan selalu membuatku
tersenyum.
Mr. Emon, aku sangat mempercayaimu. Ketika kau datang membawa
sesuatu yang menarik, mataku terlalu silau untuk mengawasi gerak-gerikmu.
Pesonamu terlalu berkilau hingga membuatku buta segala. Hatiku kau kendalikan,
perasaanku kau eratkan, dan hatiku kau permainkan. Pelan-pelan, kamu semakin
masuk ke dalam hidupku, kamu juga terlibat dalam nasibku. Kita semakin dekat
karena percakapan serta kata-kata manismu dalam setiap obrolan bodoh kita di
pesan singkat.
Setiap malam, kau menghujaniku dengan kata-kata manismu
menghangatkan malam-malam ku dengan candaanmu, mengangkatku dengan kebahagiaan
yang kau janjikan, dan membawaku terbang ke mimpi-mimpi yang pernah kita
rancang dengan begitu teliti dan teratur. Hadirmu membuat aku percaya bahwa
cinta tak melulu soal air mata. Aku begitu mudah merasa nyaman denganmu, begitu
mudah merasa bahwa kamu adalah pengobat lukaku. Kuikuti permainanmu, permainan
yang tak kuketahui peraturannya. Aku masuk tanpa persiapan, ketika kau bawa aku
berlari, berjalan, dan berhenti; aku masih tetap merasa baik-baik saja.
Padahal, diam-diam, kau sedang merancang sesuatu. Sesuatu yang ujung-ujungnya
malah menyakitkan.
Kamu pernah berkata, bahwa sosokku telah membuatmu menjatuhkan hati
kepadaku. Kamu seperti menjanjikan kita yang bahagia, yang nyata, yang tanpa
luka. Tapi, nyatanya? Kamu mengingkari janji-janji yang sempat membuatku
berharap lebih.
Kamu sama saja, Mr. Emon. Sama seperti yang lainnya, yang memilih
pergi; saat aku sedang cinta-cintanya. Walaupun aku tau keputusanmu untuk
meninggalkanku adalah untuk fokus kuliah, tetapi haruskah sesakit ini.
(To: Mr. Emon ~ JR)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar