Senin, 17 Maret 2014

"...Mr. Emon..."



“...Untuk Mr.Emon ku...”
Kita pernah begitu dekat. Aku dan kamu bertemu, saling tahu, dan sama-sama memahami bahwa ada sesuatu di hati kita; yang tak bisa dijelaskan kata. Aku menatap matamu dengan tatapan mendalam dalam kegelapan malam, aku percaya di sana ada cinta. Cinta yang sama-sama kita rasakan, tapi tertahan dalam hati, berdiam dalam jantung, dan enggan menemukan waktu pengungkapan. Bayangkan, Mr.Emon, kita bisa bertahan selama kurang lebih dua bulan. Menjalani kisah yang yang tak pernah jelas di mana ujungnya. Memulai cerita tanpa memikirkan akhir yang jelas. Teka-teki itu membuat aku dan kamu penasaran, lalu kita memutuskan untuk berjalan bersama, walaupun tak beriringan; walau tak saling bergenggam tangan.
Ketidakjelasan kita membawaku dalam rasa takut. Rasa takut yang belum tentu kau rasakan. Aku tahu, Mr. Emon. Jiwamu terlalu bebas, bahkan aku tak bisa menahanmu untuk tinggal. Kamu pergi dan aku hanya diam menunggumu pulang. Seringkali kau pulang dengan membawa banyak cerita, cerita-cerita manis yang kuharapkan juga ada aku sebagai tokohnya, walaupun tak jadi tokoh utama. Kuharapkan kata rindu terucap dari bibirmu, tapi kata itu tak pernah kudengar. Kamu terus bercerita, Mr. Emon. Dan, aku, sebagai pendengar, selalu mendengar; tidak membantah. Mr. Emon, bisakah kau rasakan keteguhan hati seorang perempuan yang tetap diam meskipun dia begitu mencintaimu?
Teman-temanku sering bilang, bahwa harusnya aku tak mempertahankanmu sedalam itu. Tapi, mengapa perasaanku hanya ingin meyakinimu? Mangapa aku enggan melawan ketika kamu menerbangkanku ke angkasa paling tinggi, lalu membiarkanku mengepakkan sayap sendiri? Mr. Emon, mengapa aku percaya bahwa kau juga punya perasaan yang sama?
Tak mungkin kau terlalu buta untuk memahami semua. Tak mungkin kau terlalu tuli untuk mendengar perhatianku, bisikan hatiku yang inginkan kamu tetap di sini. Tak mungkin kau terlalu bodoh untuk menebak yang ada dalam mataku. Mr. Emon, ini cinta, dengan cara apalagi bisa kubilang padamu bahwa aku mencintaimu bahkan dalam kesakitanku?
Untuk Mr. Emon ku, yang telah pergi tanpa mengungkapkan perasaan; terima kasih untuk setiap harapan yang kau hempaskan. Aku mengerti, harusnya dari awal aku tak perlu memulai. Harusnya ketika kau datang, aku tak perlu menggubrismu.
Harusnya kita tak pernah ada; agar aku tak perlu terluka.
(To: Mr. Emon ku – JR)

4 komentar:

  1. dalam-dalam yg kyt ah kd dalam2 bnr jua ky laut :D

    BalasHapus
  2. Hahaaa. Oya, ni akun @fauzinesia. :)*prepare kalo2 kada tahu*wkwk

    BalasHapus
  3. siapa tuh, kayapa mun ku kada kenal wkwkwk

    BalasHapus