“...Untuk Mr.Emon
ku...”
Kita pernah begitu
dekat. Aku dan kamu bertemu, saling tahu, dan sama-sama memahami bahwa ada
sesuatu di hati kita; yang tak bisa dijelaskan kata. Aku menatap matamu dengan
tatapan mendalam dalam kegelapan malam, aku percaya di sana ada cinta. Cinta
yang sama-sama kita rasakan, tapi tertahan dalam hati, berdiam dalam jantung,
dan enggan menemukan waktu pengungkapan. Bayangkan, Mr.Emon, kita bisa bertahan
selama kurang lebih dua bulan. Menjalani kisah yang yang tak pernah jelas di
mana ujungnya. Memulai cerita tanpa memikirkan akhir yang jelas. Teka-teki itu
membuat aku dan kamu penasaran, lalu kita memutuskan untuk berjalan bersama,
walaupun tak beriringan; walau tak saling bergenggam tangan.
Ketidakjelasan kita
membawaku dalam rasa takut. Rasa takut yang belum tentu kau rasakan. Aku tahu,
Mr. Emon. Jiwamu terlalu bebas, bahkan aku tak bisa menahanmu untuk tinggal.
Kamu pergi dan aku hanya diam menunggumu pulang. Seringkali kau pulang dengan
membawa banyak cerita, cerita-cerita manis yang kuharapkan juga ada aku sebagai
tokohnya, walaupun tak jadi tokoh utama. Kuharapkan kata rindu terucap dari
bibirmu, tapi kata itu tak pernah kudengar. Kamu terus bercerita, Mr. Emon.
Dan, aku, sebagai pendengar, selalu mendengar; tidak membantah. Mr. Emon,
bisakah kau rasakan keteguhan hati seorang perempuan yang tetap diam meskipun
dia begitu mencintaimu?
Teman-temanku sering
bilang, bahwa harusnya aku tak mempertahankanmu sedalam itu. Tapi, mengapa
perasaanku hanya ingin meyakinimu? Mangapa aku enggan melawan ketika kamu
menerbangkanku ke angkasa paling tinggi, lalu membiarkanku mengepakkan sayap
sendiri? Mr. Emon, mengapa aku percaya bahwa kau juga punya perasaan yang sama?
Tak mungkin kau
terlalu buta untuk memahami semua. Tak mungkin kau terlalu tuli untuk mendengar
perhatianku, bisikan hatiku yang inginkan kamu tetap di sini. Tak mungkin kau
terlalu bodoh untuk menebak yang ada dalam mataku. Mr. Emon, ini cinta, dengan
cara apalagi bisa kubilang padamu bahwa aku mencintaimu bahkan dalam kesakitanku?
Untuk Mr. Emon ku,
yang telah pergi tanpa mengungkapkan perasaan; terima kasih untuk setiap
harapan yang kau hempaskan. Aku mengerti, harusnya dari awal aku tak perlu
memulai. Harusnya ketika kau datang, aku tak perlu menggubrismu.
Harusnya kita tak pernah
ada; agar aku tak perlu terluka.
(To: Mr. Emon ku – JR)
Dalam ai sidin. :p
BalasHapusdalam-dalam yg kyt ah kd dalam2 bnr jua ky laut :D
BalasHapusHahaaa. Oya, ni akun @fauzinesia. :)*prepare kalo2 kada tahu*wkwk
BalasHapussiapa tuh, kayapa mun ku kada kenal wkwkwk
BalasHapus