Baru Proses Belajar Menulis ckckck
“...Apakah Aku Jatuh
Cinta???...”
Udara dingin yang
menusuk kedalam tulang, gemirisik dedaunan yang diterpa angin malam, jalanan
yang dipenuhi genangan air karena langit yang tidak henti-hentinya menangis
tadi sore. Aku dan lima orang temanku memutuskan untuk keluar jalan-jalan pada
malam itu. Dengan tiga buah sepeda motor, kamipun segera meluncur, menerobos
dinginnya malam dan genangan air hujan.
“kalian mau kemana
dulu? Ke Mall atau ngisi perut dulu?’’ tanyaku setengah berteriak, karena harus
bersaing dengan suara-suara mobil dan sepeda motor yang sangat bising dan
mengeluarkan asap yang sangat mengganggu pandanganku dan penciumanku.
“aku sih terserah kamu
aja, maunya kemana dulu, kalo yang lain pasti ngikut aja” sahut Nining, juga
setengah berteriak, disertai anggukan kecil dari yang lainnya.
“baiklah” sahutku
sambil menggas sepeda motorku dengan cepatnya, layaknya seorang pembalap. Tapi
ga ugal-ugalan sih. Hee
Sepanjang jalan aku
hanya bisa tertawa melihat tingkah dua orang temanku, Si Juli yang membawa
sepeda motornya dengan sangat cepat, dan agak ugal-ugalan layaknya pembalap
profesional, sehingga membuat Ena berteriak-teriak ga jelas. Dia berusaha
membalapku, dan benar saja dia berhasil membalapku. Disusul oleh Nining dan
pacarnya. Aku dan Lina tertinggal jauh, karna ga berani cepat-cepat soalnya
macet.
“Lina, emangnya mereka
tau jalan disini?” tanyaku.
“ga tau juga aya,
paling-paling mereka nungguin kita juga kok dipersimpangan” sahut Lina.
Benar saja, mereka
berhenti di persimpangan, karna ga tau jalan.
“kenapa berhenti?”
tanyaku sambil tertawa kecil.
“nungguin kamu lah,
masa iya ditinggal, lagian kami juga ga tau jalan ke Mall” sahut Ena sambil
terus memukul-mukul Juli. Mungkin karna Ena kesal gara-gara Juli bawa motornya
ngebut.
Setelah memarkirkan sepeda
motor, kami ber enam segera masuk ke dalam Mall. Menyusuri setiap toko-toko
yang menjual berbagai macam barang, dari pernak-pernik hingga perabot rumah
tangga. Tak ada satu barangpun yang kami beli, kami hanya sekedar cuci mata
aja. Setelah lelah muter-muter di Mall. Sepertinya makhluk kecil dalam perut
kami mulai demo. Kamipun segera beranjak dari Mall menuju warung makan
langganan keluargaku. Karna tidak ada pilihan lain lagi. Mereka ngikut aja
kemana aku pergi. Kaya emak-emak lagi bawa anaknya aja. Hahahaha
Sebenarnya, aku tidak
mengenal sosok Juli. Karna baru pertama kali aku bertemu dengannya. Karna Juli
adalah teman Nining, Ena dan Lina. Di warung makan inilah aku mulai akrab
dengan Juli. Sebelumnya aku tak pernah senyaman ini ngobrol dengan cowok.
Biasanya aku selalu jaim, jaga image maksudnya.
“kalian mau pesan apa,
biar aku yang nulisnya’’ kataku sambil mengambil kertas menu yang ada dimeja
dan menulisnya di kertas pesanan.
“aku pesan nasi goreng
special, trus minumnya jeruk hangat aja ya’’ kata Juli.
“aku sama kaya Juli
ya, tapi minumnya es teh aja” sahut Lina.
“aku nasi goreng yang
biasa aja, minumnya samain Lina ya” kata Ena.
“Nining sama putra
pesan apa?’’ tanyaku lagi.
“Kami samain aja kaya
dipesan Ena” sahut Nining dan Putra.
“ok, sip. Massss!!!”
teriak ku memanggil pelayannya. “cepat ya mas” kataku seraya tersenyum kecil.
“beres neng, ditunggu
ya” sahut pelayannya dengan senyum mengembang dan tawa yang renyah.
Biasalah, kebiasaan anak muda jaman sekarang,
dimana-mana selalu jeprat jepret. Dan itu adalah hal yang sangat lumrah
menurutku. Begitulah juga yang kami lakukan. Aku minta foto bertiga dengan
Putra dan Juli. Sekali lagi, aku tak pernah seakrab itu dengan anak cowok.
Soalnya aku pemalu. Entah kenapa malam itu semuanya terasa berbeda.
Makanan yang kami
pesan pun datang, setelah melahap habis. Kami segera pulang, mengingat jam
sudah menunjukkan pukul 21.45 dan sebentar lagi pagar kos akan dikunci. Karna
jalanan sudah mulai lengang tidak macet, kamipun meluncur dengan cepatnya. Sesampainya
didepan kos, Lina bergegas membukakan pagar.
“Alhamdulillah, ga di
kunci” kataku lega sambil mengelus dada.
Sesampainya di kamar
kos, aku segera mengambil air wudhu, dan melaksanakan shalat Isya. Setelah
selesai, secepat kereta ekspres kulahap kasur dan bantal yang mungkin dari tadi
sudah merindukan pemiliknya. Sebelumnya, kusempatkan untuk melihat-lihat foto
yang ada di handphoneku. Entah kenapa mataku tertuju pada satu foto yang terus
kupandang sekitar lima menit lamanya. Foto itu, iya, foto dimana ada aku dan
Juli duduk bersebelahan, foto ini bagaikan magic, membuat jantungku berdetak
lebih cepat dari biasanya. Ada apa ini??? Apakah aku ada rasa dengannya???
Apakah aku jatuh cinta lagi??? Ah, mungkin terlalu cepat aku mengartikan rasa
ini.
Setengah jam telah
berlalu, tapi mataku enggan menutup kelopaknya. Aku terjaga hingga jam
menunjukkan pukul 00.30. Tak biasanya aku tidur selarut ini. Padahal besok aku
harus masuk kuliah pagi. Aku terus memandangi langit-langit kamar kos yang
dipenuhi dengan hiasan. Sebenarnya apa
yang terjadi pada diriku Ya Allah, tak biasanya aku seperti ini. Gumamku.
Jika memang ada rasa
yang tiba-tiba muncul dipermukaan, kuharap ini hanya sekedar rasa suka biasa
saja, tidak lebih. Karena aku takut, iya, aku takut jatuh dijurang yang sama
hanya karna cinta yang semu. Aku tak tau harus bagaimana menghadapi rasa yang
semakin hari semakin menjadi-jadi.
Ya Allah,,
Jika aku jatuh cinta,,
Jatuhkan lah hatiku kepada laki-laki yang terbaik menurutMu..
Yang bisa mendekatkanku kepadaMu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar