“...Inikah
Cinta...”
Saat
kujumpa dirinya, di suatu suasana..
Terasa
getaran dalam dada..
Kucoba
mendekatinya, kutatap dirinya..
Oh
dia sungguh mempesona..
Ingin
aku menyapanya, menyapa dirinya..
Bercanda
tawa dengan dirinya..
Namun
apa yang kurasa aku tak kuasa..
Aku
tak tau harus berkata apa..
Inikah
namanya cinta, inikah cinta..
Cinta
pada jumpa pertama..
Inikah
rasanya cinta, inikah cinta..
Terasa
bahagia saat jumpa, dengan dirinya..
Kujumpa
dia berikutnya, suasana berbeda..
Getaran
itu masih ada..
Aku
dekati dirinya, kutatap wajahnya..
Oh
dia tetap mempesona..
Rindu
terasa , dikala diri ini ingin jumpa..
Ingin
slalu bersama, bersama dalam segala suasana..
By:
ME
Acara ulang tahun
teater awan di auditorium kampus, selama tiga malam berturut-turut. Tadinya aku
tidak ingin berangkat keacara itu. Karena aku sangat jarang keluar malam,
apalagi keacara yang diadakan di kampus. Berhubung kamu memberikanku tiket
gratis, entah ada maksud apa? Aku juga tidak tau. Tapi aku sangat berterima
kasih karena telah memberikanku tiket gratis untuk ke acara ulang tahun teater
awan.
Malam pertama.
Aku berangkat ke
kampus ditemani adik sepupu ku, karena kamu memberikan dua tiket sekaligus.
Sesampainya di persimpangan di depan auditorium, aku sempat ingin pulang, jika
tidak dibujuk adik sepupu ku, mungkin aku akan tetap pulang. Karena tiba-tiba
saja tubuhku rasanya panas dingin. Entah apa yang membuatku ingin pulang. Aku
coba menguatkan langkahku, dan akhirnya aku benar-benar sampai di depan
auditorium kampus. aku melihat kamu, dibawah cahaya lampu yang tak begitu
terang. Mungkin memang seperti itu ya dipagelaran teater, gelap, remang-remang
tapi bukan warung remang-remang sih. Aku baru tahu. Aku berharap kamu melihat
kehadiranku, sayangnya kamu tak melihatku.
Kamu tahu? Aku
sempat merinding berada di dalam auditorium. Tetapi, setelah pertunjukan di
mulai, entah kenapa aku merasa enjoy, sama sekali tidak merasa takut. Padahal pertunjukan
yang sedang berlangsung diatas panggung itu cukup membuat merinding siapa pun
yang melihatnya. Bukannya aku takut, aku malah tertawa, iya, mentertawakan
orang yg duduk di kursi diseberangku karena dia terus berteriak-teriak, entah
karena ketakutan atau apa, aku pun tak tahu. Yang penting aku terhibur. Acara
belum selesai, aku memutuskan untuk pulang lebih awal.
Malam kedua.
Aku mencari sosok
kamu di kegelapan malam, tapi sama sekali aku tak melihat keberadaanmu. Kamu
dimana? Yang tadinya aku sangat bersemangat, tiba-tiba saja tertunduk lesu.
Sendiri. Tidak, aku bersama adik sepupu ku dan kekasihnya. Aku tidak ingin
menoleh ke kiri kanan dan belakang ku. Aku lebih memilih menundukkan kepalaku
kebawah.
Saat aku
memalingkan kepala kebelakang, aku terkejut. Ternyata, kamu menghampiri
ketempat duduk ku. Diam-diam aku tersenyum, diam-diam aku setengah tidak
percaya. Walaupun aku dan kamu tidak duduk bersebelahan, aku sudah cukup
senang. Meskipun aku dan kamu duduk agak jauh, tapi banyolan-banyolan yang
rada-rada setengah jelas setangah ga jelas tetap terlontar. Lucu. Iya, memang
lucu.
Aku tidak tau
berapa kali lebih cepat jantungku berdetak dari biasanya saat kamu menghampiri
ku. Yang aku rasa, aku sangat gugup, sangat senang. Kamu terlihat lebih tampan
dari sebelumnya, iya, karna aku lebih sering melihatmu di malam hari. Malam
itu, malam yang tak bisa kulupakan. Aku bisa seakrab dan senyaman itu denganmu.
Aku dan kamu
berada ditempat yang sama, dekat. Tapi, masih ada waktu untuk membalas pesan di
facebook. Lucu ya, padahal aku dan kamu ketemu, tapi masih saja balas-balasan
pesan di facebook. Aku hanya tersipu malu. Diam-diam aku semakin menyukaimu,
kamu? Entahlah, aku tak tau perasaanmu kepadaku. Apakah kabar angin yang ku
dengar sebelumnya itu memang benar atau tidak. Entahlah!
Malam ketiga..
Malam terakhir,
malam puncak ulang tahun teater awan. Tidak seperti malam sebelumnya, aku tidak
berangkat bersama adik sepupu ku. Tapi bersama salah satu teman kost yang
sekaligus juga teman kamu di teater awan. Berdua saja, tidak, adik sepupu ku
dan kekasihnya juga datang, tapi belakangan.
Aku berangkat lebih
awal, karna aku dengar kamu akan tampil bersama teman-temanmu, membawakan
sebuah tarian. Aku sangat ingin melihat penampilanmu. Akhirnya, aku melihat
kamu lagi, walaupun dari jauh. Aku menikmati pertunjukan tari malam itu. Aku
hanya bisa tersenyum melihatmu.
Setelah
pertunjukan tari, kamu menghilang. Semua lampu yang ada di auditorium
dimatikan. Mataku sibuk mencari sosok mu. Kemana kamu? Untuk kesekian kalinya,
akhirnya kamu menghampiriku dengan kostum tari. Lucu, karna kamu menggunakan
lipstik. Tapi kamu jangan marah ya, aku menyukaimu. kamu bertanggung jawab
menyelesaikan tugasmu didepan dengan sempurna menurut ku.
Kamu duduk tepat
disebelahku, tapi aku tidak berani menatapmu. Walaupun sebenarnya aku sangat
ingin menatap wajahmu. Tapi aku malu. Aku terkejut, ternyata kamu memandangiku
sangat lekat. Aku tau, tapi aku pura-pura tidak tau. Karna aku takut salah
mengartikan pandanganmu. Sekali-kali kamu mengibaskan tanganmu kemuka, untuk
memastikan aku tidak melamun. Aku hanya bisa tertawa, dan senyum-senyum
sendiri. Saat kamu memintaku untuk mengikatkan ikat kepala yang ada dikepala
kamu, entah apa itu namanya, aku rasa bunga-bunga di hatiku bermekaran
seketika.
Malam itu, aku
sangat berharap bisa foto bareng kamu. Ternyata, harapanku menjadi nyata. Iya, aku
berdiri tepat disamping kamu. Aku tidak menyangka, aku disini bagaikan fans
yang ingin foto bareng idolanya. Iya, diibaratkan, aku adalah seseorang yang
mengidolakan kamu. Senangnya luar biasa, kamu bersedia mengantarku pulang.
Tetapi, karena sesuatu hal. aku pulang dengan adik sepupu ku dan kekasihnya.
Bertiga, iya, bertiga. Dan kamu boncengan dengan teman kos ku, cemburu? tidak
juga, karna aku tau itu teman mu dan itu adalah teman ku juga. Lagian aku tak
punya hak untuk cemburu, iya, soalnya kamu bukan siapa-siapaku, karna tak ada
hubungan apa diantara kita. Karana aku, menyukaimu diam-diam.
Malam itu juga,
kejadian yang tidak diharapkan tiba-tiba saja membuat aku dan kamu bertemu
lagi. Padahal sudah larut malam. Gara-gara handphone. Iya, gara-gara handphone
temanku jatuh, entah dimana. Makanya harus balik lagi menyusuri jalanan yang
sudah mulai sepi, karna sudah larut malam. Aku tau, kamu menatapku, aku malu,
bergegas segera aku menutup helm ku. Karna aku tak bisa menahan tawa jika
terus-terusan di tatap seperti itu.
Kamu sih, bawa
motor ugal-ugalan, untung aku ga jadi ikut sama kamu. Aku hanya bisa mengatakan
ini padamu, bawa motor jangan ngebut dan ugal-ugalan seperti itu, aku ga suka
liat kamu kayak gitu. Bahaya, jangan seperti itu lagi ya. Aku khawatir kamu
kenapa-kenapa Mr. Emon ku ~ JR J
Semua yang kutulis
Adalah tentang
Aku dan kamu
Yang
Belum menjadi KITA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar