Selasa, 04 Maret 2014

"...Inikah Cinta..."



“...Inikah Cinta...”
Saat kujumpa dirinya, di suatu suasana..
Terasa getaran dalam dada..
Kucoba mendekatinya, kutatap dirinya..
Oh dia sungguh mempesona..
Ingin aku menyapanya, menyapa dirinya..
Bercanda tawa dengan dirinya..
Namun apa yang kurasa aku tak kuasa..
Aku tak tau harus berkata apa..
Inikah namanya cinta, inikah cinta..
Cinta pada jumpa pertama..
Inikah rasanya cinta, inikah cinta..
Terasa bahagia saat jumpa, dengan dirinya..
Kujumpa dia berikutnya, suasana berbeda..
Getaran itu masih ada..
Aku dekati dirinya, kutatap wajahnya..
Oh dia tetap mempesona..
Rindu terasa , dikala diri ini ingin jumpa..
Ingin slalu bersama, bersama dalam segala suasana..
By: ME
Acara ulang tahun teater awan di auditorium kampus, selama tiga malam berturut-turut. Tadinya aku tidak ingin berangkat keacara itu. Karena aku sangat jarang keluar malam, apalagi keacara yang diadakan di kampus. Berhubung kamu memberikanku tiket gratis, entah ada maksud apa? Aku juga tidak tau. Tapi aku sangat berterima kasih karena telah memberikanku tiket gratis untuk ke acara ulang tahun teater awan.
Malam pertama.
Aku berangkat ke kampus ditemani adik sepupu ku, karena kamu memberikan dua tiket sekaligus. Sesampainya di persimpangan di depan auditorium, aku sempat ingin pulang, jika tidak dibujuk adik sepupu ku, mungkin aku akan tetap pulang. Karena tiba-tiba saja tubuhku rasanya panas dingin. Entah apa yang membuatku ingin pulang. Aku coba menguatkan langkahku, dan akhirnya aku benar-benar sampai di depan auditorium kampus. aku melihat kamu, dibawah cahaya lampu yang tak begitu terang. Mungkin memang seperti itu ya dipagelaran teater, gelap, remang-remang tapi bukan warung remang-remang sih. Aku baru tahu. Aku berharap kamu melihat kehadiranku, sayangnya kamu tak melihatku.
Kamu tahu? Aku sempat merinding berada di dalam auditorium. Tetapi, setelah pertunjukan di mulai, entah kenapa aku merasa enjoy, sama sekali tidak merasa takut. Padahal pertunjukan yang sedang berlangsung diatas panggung itu cukup membuat merinding siapa pun yang melihatnya. Bukannya aku takut, aku malah tertawa, iya, mentertawakan orang yg duduk di kursi diseberangku karena dia terus berteriak-teriak, entah karena ketakutan atau apa, aku pun tak tahu. Yang penting aku terhibur. Acara belum selesai, aku memutuskan untuk pulang lebih awal.
Malam kedua.
Aku mencari sosok kamu di kegelapan malam, tapi sama sekali aku tak melihat keberadaanmu. Kamu dimana? Yang tadinya aku sangat bersemangat, tiba-tiba saja tertunduk lesu. Sendiri. Tidak, aku bersama adik sepupu ku dan kekasihnya. Aku tidak ingin menoleh ke kiri kanan dan belakang ku. Aku lebih memilih menundukkan kepalaku kebawah.
Saat aku memalingkan kepala kebelakang, aku terkejut. Ternyata, kamu menghampiri ketempat duduk ku. Diam-diam aku tersenyum, diam-diam aku setengah tidak percaya. Walaupun aku dan kamu tidak duduk bersebelahan, aku sudah cukup senang. Meskipun aku dan kamu duduk agak jauh, tapi banyolan-banyolan yang rada-rada setengah jelas setangah ga jelas tetap terlontar. Lucu. Iya, memang lucu.
Aku tidak tau berapa kali lebih cepat jantungku berdetak dari biasanya saat kamu menghampiri ku. Yang aku rasa, aku sangat gugup, sangat senang. Kamu terlihat lebih tampan dari sebelumnya, iya, karna aku lebih sering melihatmu di malam hari. Malam itu, malam yang tak bisa kulupakan. Aku bisa seakrab dan senyaman itu denganmu.
Aku dan kamu berada ditempat yang sama, dekat. Tapi, masih ada waktu untuk membalas pesan di facebook. Lucu ya, padahal aku dan kamu ketemu, tapi masih saja balas-balasan pesan di facebook. Aku hanya tersipu malu. Diam-diam aku semakin menyukaimu, kamu? Entahlah, aku tak tau perasaanmu kepadaku. Apakah kabar angin yang ku dengar sebelumnya itu memang benar atau tidak. Entahlah!
Malam ketiga..
Malam terakhir, malam puncak ulang tahun teater awan. Tidak seperti malam sebelumnya, aku tidak berangkat bersama adik sepupu ku. Tapi bersama salah satu teman kost yang sekaligus juga teman kamu di teater awan. Berdua saja, tidak, adik sepupu ku dan kekasihnya juga datang, tapi belakangan.
Aku berangkat lebih awal, karna aku dengar kamu akan tampil bersama teman-temanmu, membawakan sebuah tarian. Aku sangat ingin melihat penampilanmu. Akhirnya, aku melihat kamu lagi, walaupun dari jauh. Aku menikmati pertunjukan tari malam itu. Aku hanya bisa tersenyum melihatmu.
Setelah pertunjukan tari, kamu menghilang. Semua lampu yang ada di auditorium dimatikan. Mataku sibuk mencari sosok mu. Kemana kamu? Untuk kesekian kalinya, akhirnya kamu menghampiriku dengan kostum tari. Lucu, karna kamu menggunakan lipstik. Tapi kamu jangan marah ya, aku menyukaimu. kamu bertanggung jawab menyelesaikan tugasmu didepan dengan sempurna menurut ku.
Kamu duduk tepat disebelahku, tapi aku tidak berani menatapmu. Walaupun sebenarnya aku sangat ingin menatap wajahmu. Tapi aku malu. Aku terkejut, ternyata kamu memandangiku sangat lekat. Aku tau, tapi aku pura-pura tidak tau. Karna aku takut salah mengartikan pandanganmu. Sekali-kali kamu mengibaskan tanganmu kemuka, untuk memastikan aku tidak melamun. Aku hanya bisa tertawa, dan senyum-senyum sendiri. Saat kamu memintaku untuk mengikatkan ikat kepala yang ada dikepala kamu, entah apa itu namanya, aku rasa bunga-bunga di hatiku bermekaran seketika.
Malam itu, aku sangat berharap bisa foto bareng kamu. Ternyata, harapanku menjadi nyata. Iya, aku berdiri tepat disamping kamu. Aku tidak menyangka, aku disini bagaikan fans yang ingin foto bareng idolanya. Iya, diibaratkan, aku adalah seseorang yang mengidolakan kamu. Senangnya luar biasa, kamu bersedia mengantarku pulang. Tetapi, karena sesuatu hal. aku pulang dengan adik sepupu ku dan kekasihnya. Bertiga, iya, bertiga. Dan kamu boncengan dengan teman kos ku, cemburu? tidak juga, karna aku tau itu teman mu dan itu adalah teman ku juga. Lagian aku tak punya hak untuk cemburu, iya, soalnya kamu bukan siapa-siapaku, karna tak ada hubungan apa diantara kita. Karana aku, menyukaimu diam-diam.
Malam itu juga, kejadian yang tidak diharapkan tiba-tiba saja membuat aku dan kamu bertemu lagi. Padahal sudah larut malam. Gara-gara handphone. Iya, gara-gara handphone temanku jatuh, entah dimana. Makanya harus balik lagi menyusuri jalanan yang sudah mulai sepi, karna sudah larut malam. Aku tau, kamu menatapku, aku malu, bergegas segera aku menutup helm ku. Karna aku tak bisa menahan tawa jika terus-terusan di tatap seperti itu.
Kamu sih, bawa motor ugal-ugalan, untung aku ga jadi ikut sama kamu. Aku hanya bisa mengatakan ini padamu, bawa motor jangan ngebut dan ugal-ugalan seperti itu, aku ga suka liat kamu kayak gitu. Bahaya, jangan seperti itu lagi ya. Aku khawatir kamu kenapa-kenapa Mr. Emon ku ~ JR J
Semua yang kutulis
Adalah tentang
Aku dan kamu
Yang
Belum menjadi KITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar