“...Selamat Ulang Tahun
Mr. Emon ku...”
~25 Maret 2014~
Aku tahu, kamu tak akan
mungkin membaca ini. Dengan segala daya dan upayaku, aku juga tak akan mungkin
mampu membuatmu membaca tulisan aneh ini. Jelas saja aneh. Tulisan ini dibuat
oleh seorang wanita yang bahkan tak benar-benar mengenalmu. Barisan paragraf
ini diutarakan oleh seorang perempuan yang tak pernah bisa kau tatap matanya,
tapi perempuan ini selalu memperhatikanmu dari jauh serta pernah mengisi
hari-harimu dalam waktu yang singkat, ya, kurang lebih sekitar satu/dua bulan
tanpa status hubungan yang jelas. Tapi, mungkin, jika keajaiban membuatmu bisa
membaca tulisan ini, aku hanya ingin bilang; tolong jangan tertawa membaca
setiap kalimatnya. Dalam tulisanku, aku mengundang kamu masuk, membiarkan kamu
abadi dalam setiap abjad dan kalimat.
Perkenalan kita terjadi
dengan tidak disengaja, saat kita berada ditempat yang sama, berbincang-bincang
ringan bersama teman-teman, yang mana, temanmu adalah temanku juga. Senyummu
membawa sesuatu yang berbeda dalam hari-hariku. Kamu menjelma menjadi sosok
yang sangat penting, yang tak ingin kulewati setiap berita dan kabarnya. Aku
memang meletakkan perhatianku sepenuhnya untukmu dan kamu memang selalu
berhasil merenggut rasa penasaranku. Kutunggu kamu dalam setiap status di
jejaring sosial yang kita kenal dengan “Facebook”. Kunikmati caramu berkomentar
di berbagai status. Di mimpiku, kamu begitu nyata dan bernyawa, bisa kusentuh
dan kugenggam jemarinya. Dalam bayangan, kamu bisa kubentuk menjadi sosok yang
hangat, yang tak akan pergi dan terus kutahan di sini – hatiku.
Mr. Emon, apakah kau
ingin tahu? Di hatiku, kamu sudah jadi segalanya. Di otakku, kamu menjadi
senyawa yang mengikat dan menjerat. Aku tak tahan lagi hanya sekedar
mengamatimu dari layar handphone dan NoteBook ku. Kuputuskan mengejarmu dan
kucuri waktu untuk bisa menemuimu. Sampai pada suatu ketika, kita memang
bertemu. Kamu dengan kaos lengan pendekmu dan wajah yang setengah lelah. Kucuri
senyummu di balik helm ku yang sejak tadi menggantung di bibirmu. Kue, ya, aku
membawakanmu kue yang sengaja kubuat sehari sebelum aku bertemu denganmu. Saat
bicara denganmu, rasanya aku tidak bisa bernapas.
Setiap malam, kureka
wajahmu dalam angan. Kamu kembali menjadi sosok magis yang tak mau hilang dari ingatan.
Ah, aku menyesali perasaanku sendiri. Aku memang begini, selalu mencintai
banyak hal setengah mati dan ketika benci bisa begitu sepenuh hati. Tapi aku
tak membiarkan hatiku membenci seseorang, siapa pun itu yang telah melukai hatiku, aku tak ingin
membencinya.
Mr. Emon, semoga kamu tak
bosan membaca surat yang tak penting ini. Surat yang kukirim tidak ke alamat
yang jelas, surat yang tak akan pernah sampai di depan pintu rumahmu, surat
yang tetap hanya akan tertulis; dibaca tanpa digubris.
Di surat yang tak penting
ini, aku, pengagummu yang egois, ingin mengucapkan selamat ulang tahun.
Tetaplah jadi yang istimewa di balik sosokmu yang sederhana menurut pandangan
mataku. Dan, satu lagi, tolong jangan tertawa ketika membaca ini; aku masih
menyimpan sayang untukmu.
Untuk mu Mr. Emon – JR
Dari pengagummu