Kamis, 12 Desember 2013

Khiyar



KHIYAR
Oleh: Norlaila Hayati 1101160228

A.                Pengertian Khiyar

Kata al-khiyar dalam bahasa arab berarti pilihan.
Adapun menurut ulama fiqih, antara lain :
1)      Menurut Sayyid Sabiq
“Khiyar adalah mencari kebaikan dari dua perkara, melangsungkan atau meninggalkan (jual-beli).”
2)      Menurut Wahbah al-Zulaily
“Khiyar adalah suatu keadaan yang menyebabkan aqid (orang yang akad) memiliki hak untuk memutuskan akadnya yakni menjadikan atau membatalkannya jika khiyar tersebut berupa khiyar syarat,  khiyar aib, khiyar ru’yah atau hendaklah memilih diantara dua barang jika khiyar ta’yin.
Diadakan khiyar oleh syara’ agar kedua orang yang berjual beli dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi penyesalan di kemudian hari lantaran merasa tertipu.
Dalam kitab Bidayatul al-Mujtahid syarat khiyar adalah :
1.      Muta’akidaini
2.      Dalam satu tempat
3.      Waktunya tiga hari
4.      Ada kerusakan pada barang yang diperjual belikan.

B.                 Macam- macam Khiyar

Khiyar yang paling masyhur, diantaranya sebagai berikut :

a.      Khiyar Majlis

Artinya sipembeli dan sipenjual boleh memilih antara dua perkara tadi selama keduanya masih tetap berada ditempat jual beli. Khiyar majlis juga dapat diartikan sebagai berikut, yaitu hak bagi kedua pihak untuk yang berakad untuk membatalkan akad, selama keduanya masih berada dalam satu majlis akad (diruang toko) dan belum berpisah badan. Menurut pengertian ulama fiqih, khiyar majlis adalah hak bagi semua pihak yang melakukan akad untuk membatalkan akad selagi masih berada ditempat akad dan kedua pihak belum berpisah. Khiyar majlis diperbolehkan dalam segala macam jual beli.
Sabda Rsulullah saw :
البَيْعَانِ بِا لْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا
Artinya :
“dua orang yang berjual beli boleh memilih (akan meneruskan jual beli mereka atau tidak) selama keduanya belum bercerai dari tempat akad.” ( Riwayat Bukhari dan Muslim).
Batasan khiyar majlis dengan adanya :
1)      Keduanya memilih akan meneruskan akad
2)      Keduanya terpisah dari tempat jual beli

b.      Khiyar Syarat
Artinya khiyar itu dijadikan syarat sewaktu akad oleh keduanya atau oleh salah seorang, seperti kata si penjual, “saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar dalam tiga hari atau kurang dari tiga hari.”
Menurut ulama fiqih, khiyar syarat adalah :
“suatu keadaan yang membolehkan salah seorang yang akad atau masing-masing yang akad atau selain kedua pihak yang akad memiliki hak atas pembatalan atau penetapan akad selama waktu yang ditentukan.”
Khiyar syarat boleh dilakukan dalam segala macam jual beli, kecuali barang yang riba. Masa khiyar syarat paling lama tiga hari tiga malam, terhitung dari waktu akad.
اَنْتَ بِاِلْخِيَاِرفِى كُلِّ سَلْعَةٍاِبْتَعْتَهَاثَلاَثٍ لَيَالٍ) رواه البيهقي(
Arinya : “ Engkau boleh khiyar pada segala barang yang telah engkau beli selama tiga hari tiga malam.” (Riwayat Baihaqi dan Ibnu Majah)
Batasan khiyar syarat, ada beberapa pendapat diantaranya :
-          Hanafiyah, Jafar, dan Syafi’iyah berpendapat bahwa khiyar dibolehkan dengan waktu yang ditentukan selagi tidak lebih dari tiga hari. Jika melewati tiga hari, jual beli tersebut batal.
-          Imam Syafi’I berpendapat, khiyar yang melebihi tiga hari berarti membatalkan jual beli, sedangkan bila kurang dari tiga hari hal itu adalah rukhsah (keringanan).
-          Hambali berpendapat khiyar itu diperbolehkan menurut kesepakatan orang yang berakad, baik sebentar maupun lama, sebab khiyar syarat sangat berkaitan dengan orang yang memberi syarat.
-          Malikiyah berpendapat bahwa khiyar syarat dibolehkan sesuai kebutuhan.

c.       Khiyar ‘Aib (cacat)

Artinya si pembeli mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang itu terdapat suatu cacat yang mengurangi kualitas barang itu, atau mengurangi harganya, sedangkan biasanya barang yang seperti itu baik ; dan sewaktu akad cacatnya itu sudah ada, tetapi si pembeli tidak tahu, atau terjadi sesudah akad, yaitu sebelum diterimanya.
Adapun cacat yang terjadi sesudah akad sebelum barang diterima, maka barang yang dijual sebelum diterima oleh sipembeli masih dalam tanggungan si penjual. Kalau barang ada di tangan si pembeli, boleh dikembalikan serta diminta kembali uangnya.
Landasan hukum adanya khiyar aib ini adalah sabda Rasulullah Saw sebagai berikut :
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَا عَ مِنْ أَخِيْهِ بَيْعًا وَفِيْهِ عَيْبٌ ا ِلاَّ بَيَّنَهُ (رواه ابن ماجه عن عقبة بن عامر)
Artinya : “Sesama Muslim itu bersaudara : tidak halal bagi seorang muslim menjual barangnya kepada muslim lain, padahal pada barang itu terdapat aib/cacat.” (HR. Ibnu Majah dan dari ‘Uqbah bin ‘Amir).
Menurut kesepakatan ulama fiqih, khiyar aib berlaku sejak diketahuinya cacat pada barang yang diperjual-belikan dan dapat diwarisi oleh ahli waris pemilik hak khiyar. Adapun cacat yang menyebabkan munculnya hak khiyar, menurut ulama Hanafiyah dan Hanabilah adalah seluruh unsur yang merusak obyek jual beli itu dan mengurangi nilainya menurut tradisi pada pedagang. Tetapi menurut ulama Malikiyah dan Syafi’iyah seluruh yang menyebabkan nilai barang itu berkurang atau hilang unsur yang diinginkan daripadanya.




C.                Cara Menggunakan Khiyar

Menurut Syafi’I ada tiga macam :

1)      Pengguguran jelas (Sharih)

Pengguguran sharih adalah pengguguran oleh orang yang berkhiyar, seperti menyatakan, “saya batalkan khiyar dan saya rida.” Dengan demikian, akad menjadi lazim (shahih). Sebaliknya, akad gugur dengan pernyataan “saya batalkan atau saya gugurkan akad ini.”
2)      Pengguguran dengan dilalah

Pengguguran dengan dilalah adalah adanya tasharruf (beraktivitas dengan barang tersebut) dari pelaku khiyar yang menunjukkan bahwa jual-beli tersebut jadi pelaku seperti pembeli menghibahkan barang tersebut kepada orang lain atau sebaliknya pembeli mengembalikan kepemilikan kepada penjual. Pembeli menyerahkan kembali barang kepada penjual menunjukkan bahwa ia membatalkan jual beli atau akad.

3)      Pengguguran Khiyar dengan Kemadaratan

Pengguguran khiyar dengan adanya kemadaratan terdapat dalam beberapa keadaan, antara lain sebagai berikut ini :
a.       Habis waktu
b.      Kematian
c.       Adanya hal yang semakna dengan mati, gila, mabuk
d.      Barang rusak ketika masih khiyar
e.       Adanya cacat pada barang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar