Kamis, 12 Desember 2013

Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam



BAB I
PENDAHULUAN
Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang menarik untuk dibahas karena dampaknya yang begitu luas terhadap perekonomian terutama perekonomian makro seperti pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat bunga, dan bahkan distribusi pendapatan. Ekonomi islam merupakan ikhtiar pencarian sistem ekonomi yang lebih baik setelah ekonomi kapitalis gagal total. Bisa dibayangkan betapa tidak adilnya, betapa pincangnya akibat sistem ekonomi kapitalis yang berlaku sekarang ini, yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin. Untuk lebih memahami tentang inflasi, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang inflasi dalam perspektif ekonomi islam, berupa:
A.    Pengertian Inflasi dalam perspektif ekonomi islam
B.     Penyebab dari Inflasi dalam perspektif ekonomi islam
C.     Jenis-jenis Inflasi dalam perspektif ekonomi islam
D.    Dampak dari Inflasi dalam perspektif ekonomi islam











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Definisi inflasi oleh para ekonom modern adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa.[1]
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi di definisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Menurut Rahardja dan Manurung, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Sedangkan menurut Sukirno, inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar.[2]
Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh islam. Adhiwarman Karim mengatakan bahwa, Syekh An-Nabhani memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah dengan menggunakan emas. Ketika islam melarang praktek penimbunan harta, islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai kekayaan.[3]
B.     Penyebab Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Penyebab inflasi menurut Sadono Sukirno adalah kenaikan harga-harga barang yang diimpor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung jawab. Adapun penyebab lain dari inflasi antara lain uang yang beredar lebih besar daripada jumlah barang yang beredar, sehingga permintaan akan barang mengalami kenaikan, maka dengan sendirinya produsen akan menaikkan harga barang dan apabila kondisi seperti ini dibiarkan maka akan terjadi inflasi.[4]
Dalam perspektif ekonomi islam penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya.[5]
C.    Jenis-Jienis Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Kondisi difisit pernah terjadi pada zaman Rasulullah dan ini hanya terjadi satu kali. Al-Maqrizi membagi inflasi ke dalam dua macam, yaitu:[6]
1.      inflasi akibat berkurangnya persediaan barang.
Inflasi ini terjadi pada zaman Rasulullah dan khulafaur rasyidin, yaitu karena kekeringan atau karena peperangan.
2.      inflasi akibat kesalahan manusia.
Inflasi ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu korupsi dan administrasi yang buruk, pajak yang memberatkan, serta jumlah uang yang berlebihan.
Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M – 1441M), yang merupakan salah satu murid dari ibn Khaldun, menggolongkan inflasi dalam dua golongan yaitu:
1.      Natural Inflation
Inflasi jenis ini diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah di mana orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah). Ibn al-Maqrizi mengatakan bahwa inflasi ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh turunnya Penawaran Agregatif atau naiknya Permintaan Agregatif.
Natural Inflation dapat diartikan sebagai:
a.       Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian.
b.      Naiknya daya beli masyarakat secara riil.
Natural Inflation dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya menjadi dua golongan yaitu sebagai berikut:
a.       Akibat uang yang masuk dari luar negeri terlalu banyak. Hal ini pernah terjadi semasa pemerintahan khalifah Umar ibn Khattab r.a.
b.      Akibat dari turunnya tingkat produksi karena terjadinya paceklik, perang ataupun embargo dan boycott. Hal ini pernah terjadi pula semasa pemerintahan khalifah Umar ibn Khattab.
2.      Human Error Inflation
Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada Natural Inflation, maka inflasi yang disebabkan oleh hal-hal lainnya dapat digolongkan sebagai Human Error Inflation atau False Inflation. Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri (sesuai dengan QS Al-Rum [30]: 41).
Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut:[7]
1.      Korupsi dan administrasi yang buruk
2.      Pajak yang berlebihan
3.      Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan

D.    Dampak Inflasi dalam Perspektif Ekonomi Islam
Inflasi atau kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus menerus telah menimbulkan beberapa dampak buruk kepada individu dan masyarakat, para penabung, kreditor/debitor dan produsen, ataupun pada kegiatan perekonomian secara keseluruhan. Dampak inflasi terhadap individu dan masyarakat menurut Prathama Rahardja dan Manurung, misalnya:
a.       Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
b.      Memperburuk distribusi pendapatan
Dampak lainnya dirasakan pula oleh para penabung, oleh kreditur atau debitur, dan oleh produsen. Dampak inflasi bagi para penabung ini menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Adapun dampak inflasi bagi debitur atau yang meminjamkan uang kepada bank, inflasi ini justru menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibanding pada saat meminjam, tetapi sebaliknya bagi kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah dibandingkan pada saat peminjaman. Begitu pun bagi produsen, inflasi bisa menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya.[8]
Sedangkan dampak inflasi bagi perekonomian secara keseluruhan, misalnya prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan semakin memburuk, inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak rencana jangka panjang para pelaku ekonomi. Dampak inflasi bagi perekonomian nasional diantaranya:[9]
a.       Investasi berkurang
b.      Mendorong tingkat bunga
c.       Mendorong penanam modal yang bersifat spekulatif
d.      Menimbulkan kegagalan pelaksanaan pembangunan
e.       Menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi dimasa yang akan datang
f.       Menyebabkan daya saing produk nasional berkurang
g.      Menimbulkan defisit neraca pembayaran
h.      Merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat
i.        Meningkatkan jumlah pengangguran
Menurut para ekonom islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian, karena:
1.      Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan.
2.      Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat.
3.      Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah.
4.      Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan. Seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Selain itu, inflasi juga mengakibatkan masalah-masalah yang berhubungan dengan akuntansi seperti:[10]
1.      Apakah penilaian terhadap asset tetap dan asset lancar dilakukan dengan metode biaya historis atau metode biaya actual.
2.      Pemeliharaan modal riil dengan melakukan isolasi keuntungan inflasioner.
3.      Inflasi menyebabkan dibutuhkannya koreksi dan rekonsiliasi operasi untuk mendapatkan kebutuhan perbandingan waktu dan tempat.












BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh islam. Adhiwarman Karim mengatakan bahwa, Syekh An-Nabhani memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah dengan menggunakan emas. Ketika islam melarang praktek penimbunan harta, islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai kekayaan.
Dalam perspektif ekonomi islam penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya
Al-Maqrizi membagi inflasi ke dalam dua macam, yaitu:
1.      Inflasi akibat berkurangnya persediaan barang
2.      Inflasi akibat kesalahan manusia.
Menurut para ekonom islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian, karena:
1.      Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan.
2.      Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat.
3.      Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah.
4.      Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan. Seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti: pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.

Daftar Pustaka
Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan teoritis. Jakarta: Kencana. 2008.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.


[1] Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007.Hlm.135.
[2] Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam, Jakarta: Kencana.2008.Hlm.175.
[3] Nurul Huda, Ibid, hlm 189.
[4] Nurul Huda, Ibid, hal 176.
[5] Nurul Huda, Ibid, hal 190.
[6] Ibid, hal 190.
[7] Karim, Adiwarman A, Ekonomi Makro Islam, hlm 140-143.
[8] Nurul Huda, Ibid, hal 180-181.
[9] Nurul Huda, Ibid, hal 181.
[10] Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islam, hal 139.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar