Minggu, 20 April 2014

Untukmu Tuan JR..



“...Andai Aku Punya Mesin Waktu...”
Di tengah tugas yang berserakan, yang tak selesai ini; aku masih sempat memikirkanmu. Mataku yang berkunang-kunang, dan jentikan jemari di notebook-ku ternyata tak memberi pertolongan apapun. Hari ini, aku melihatmu di kampus dan sampai sekarang aku masih tak berani menyapamu. Rambutmu yang telah berubah, membawa kesan lain dalam hari-hariku. Aku merindukan itu, merindukan saat kita bisa berbicara malu-malu, bukan berjauhan seperti ini. Hal-hal yang terjadi di masa lalu yang hanya bisa dikembalikan oleh mesin waktu, dan aku tak punya mesin waktu seperti di kartun Doraemon. Itu berarti, aku tak dapat mengembalikan kamu yang dulu.
Kamu ingin tahu kabarku? Sampai saat ini, aku masih sering merindukanmu, dan rasa itu hanya terobati dengan melihat isi lini  waktu akun facebook dan twitter-mu yang ku capture, rasa rindu yang terobati hanya dengan melihat percakapan kita di inbox facebook; saat aku dan kamu baru saling mengenal. Bahkan ketika beberapa orang bertanya mengapa sosok pria yang berinisial JR selalu nangkring di ujung kalimat yang ku tulis di twitter dan facebook serta blogku. Aku hanya menjawab dengan senyum miris, dengan mata berair, dengan kata-kata yang tersirat, rasanya ingin kumuntahkan semua, bahwa sosok itu adalah kamu. Kamu telah menjelma secara magis dalam setiap tulisanku. Kamu, entah dengan kekuatan apa, mampu membuatku terluka parah seperti ini.
Tuan Emon, dalam keadaan flu dan batus berat seperti saat ini, aku sangat ingin kamu memperhatikanku seperti beberapa bulan yang lalu. Saat semua terasa masih begitu manis, saat pesan singkatmu menjadi obat penenang sebelum aku terlelap. Rasanya waktu berjalan begitu cepat, beberapa bulan yang lalu rasanya kita baru kenalan, tapi mengapa sekarang kita telah berjauhan? Ah, andai aku punya mesin waktu, aku tak mau gubris semua percakapan kita, kalau tahu akan berakhir sesakit ini; aku tak mau terima kamu mengendap-endap masuk ke dalam hatiku.
Selama rentan waktu itu, tololnya aku masih mencintai kamu. Aku masih tak punya daya untuk melupakanmu. Kamu masih mampir di otakku, dalam berbagai rupa dan bentuk, dengan berbagai cara dan gaya. Aku jatuh cinta dan kamu tak mau tahu seberapa dalam perasaanku. Setiap kali melihatmu di kampus, rasanya aku ingin tersenyum dan menyapamu semesra ketika kita bercakap di pesan singkat. Setiap memerhatikan gerak-gerikmu, rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin agar rasa yang tertahan bisa terluapkan. Aku tak bisa lupa mata itu, mata yang pertama kali bersinar. mata yang menarikku ke dalam jurang sedalam ini, mata yang cahayanya harusnya ku tolak mentah-mentah.
Aku ingin tahu cara melupakanmu, dan meniadakan bayangmmu. Seandainya aku punya mesin waktu, aku ingin mengulang segala peristiwa yang terjadi saat perkenalan kita. Aku tahu Allah pasti punya rencana terbaik dan aku tak menyesali semua. Aku tak pernah meminta dan memohon agar aku mencintaimu, perasaan ini datang tanpa kumau, dan aku tak punya kuasa untuk menolak.
Tak banyak yang tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Tak banyak yang tahu bahwa air mataku masih terjatuh untukmu, yang mereka tahu aku hanyalah persinggahanmu, yang menjadi penghiburmu. Padahal, mereka tak tahu betapa kita pernah berjalan begitu jauh dan memimpikan jika perasaan ini berakhir dalam penyatuan yang halal. Tak banyak yang tahu, dan sampai saat ini mereka hanya bisa menertawakan kisah aku dan kamu yang belum menjadi kita, kisah yang tak selesai, penuh bualan. Jika memang aku tak serius, mengapa aku masih ingin memperjuangkanmu sampai saat ini? Jika memang aku hanya main-main, mengapa aku masih menangis ketika bercerita tentangmu pada teman-teman kita? Mengapa? Kamu mengiris dan tak bisa menjawab.
Andai aku punya mesin waktu, sebenarnya yang ingin aku ulang adalah masa-masa perkenalan kita, masa-masa saat aku dan kamu masih baik-baik saja. Andai aku punya mesin waktu, aku ingin mengubah sikap-sikap burukku yang mungkin menyebabkan kamu pergi secepat ini. Andai aku punya mesin waktu, aku ingin.... kamu kembali.
Untukmu Tuan Emon -JR
Dari Penggemarmu yang tak tahu diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar