“...Andai Aku Punya
Mesin Waktu...”
Di tengah tugas yang
berserakan, yang tak selesai ini; aku masih sempat memikirkanmu. Mataku yang
berkunang-kunang, dan jentikan jemari di notebook-ku ternyata tak memberi
pertolongan apapun. Hari ini, aku melihatmu di kampus dan sampai sekarang aku
masih tak berani menyapamu. Rambutmu yang telah berubah, membawa kesan lain
dalam hari-hariku. Aku merindukan itu, merindukan saat kita bisa berbicara
malu-malu, bukan berjauhan seperti ini. Hal-hal yang terjadi di masa lalu yang
hanya bisa dikembalikan oleh mesin waktu, dan aku tak punya mesin waktu seperti
di kartun Doraemon. Itu berarti, aku tak dapat mengembalikan kamu yang dulu.
Kamu ingin tahu
kabarku? Sampai saat ini, aku masih sering merindukanmu, dan rasa itu hanya
terobati dengan melihat isi lini waktu
akun facebook dan twitter-mu yang ku capture, rasa rindu yang terobati hanya
dengan melihat percakapan kita di inbox facebook; saat aku dan kamu baru saling
mengenal. Bahkan ketika beberapa orang bertanya mengapa sosok pria yang
berinisial JR selalu nangkring di ujung kalimat yang ku tulis di twitter dan
facebook serta blogku. Aku hanya menjawab dengan senyum miris, dengan mata
berair, dengan kata-kata yang tersirat, rasanya ingin kumuntahkan semua, bahwa
sosok itu adalah kamu. Kamu telah menjelma secara magis dalam setiap tulisanku.
Kamu, entah dengan kekuatan apa, mampu membuatku terluka parah seperti ini.
Tuan Emon, dalam
keadaan flu dan batus berat seperti saat ini, aku sangat ingin kamu
memperhatikanku seperti beberapa bulan yang lalu. Saat semua terasa masih
begitu manis, saat pesan singkatmu menjadi obat penenang sebelum aku terlelap.
Rasanya waktu berjalan begitu cepat, beberapa bulan yang lalu rasanya kita baru
kenalan, tapi mengapa sekarang kita telah berjauhan? Ah, andai aku punya mesin
waktu, aku tak mau gubris semua percakapan kita, kalau tahu akan berakhir
sesakit ini; aku tak mau terima kamu mengendap-endap masuk ke dalam hatiku.
Selama rentan waktu
itu, tololnya aku masih mencintai kamu. Aku masih tak punya daya untuk
melupakanmu. Kamu masih mampir di otakku, dalam berbagai rupa dan bentuk,
dengan berbagai cara dan gaya. Aku jatuh cinta dan kamu tak mau tahu seberapa
dalam perasaanku. Setiap kali melihatmu di kampus, rasanya aku ingin tersenyum
dan menyapamu semesra ketika kita bercakap di pesan singkat. Setiap
memerhatikan gerak-gerikmu, rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin agar
rasa yang tertahan bisa terluapkan. Aku tak bisa lupa mata itu, mata yang
pertama kali bersinar. mata yang menarikku ke dalam jurang sedalam ini, mata
yang cahayanya harusnya ku tolak mentah-mentah.
Aku ingin tahu cara
melupakanmu, dan meniadakan bayangmmu. Seandainya aku punya mesin waktu, aku
ingin mengulang segala peristiwa yang terjadi saat perkenalan kita. Aku tahu
Allah pasti punya rencana terbaik dan aku tak menyesali semua. Aku tak pernah
meminta dan memohon agar aku mencintaimu, perasaan ini datang tanpa kumau, dan
aku tak punya kuasa untuk menolak.
Tak banyak yang tahu
bahwa aku sangat mencintaimu. Tak banyak yang tahu bahwa air mataku masih
terjatuh untukmu, yang mereka tahu aku hanyalah persinggahanmu, yang menjadi
penghiburmu. Padahal, mereka tak tahu betapa kita pernah berjalan begitu jauh
dan memimpikan jika perasaan ini berakhir dalam penyatuan yang halal. Tak
banyak yang tahu, dan sampai saat ini mereka hanya bisa menertawakan kisah aku
dan kamu yang belum menjadi kita, kisah yang tak selesai, penuh bualan. Jika
memang aku tak serius, mengapa aku masih ingin memperjuangkanmu sampai saat
ini? Jika memang aku hanya main-main, mengapa aku masih menangis ketika
bercerita tentangmu pada teman-teman kita? Mengapa? Kamu mengiris dan tak bisa
menjawab.
Andai aku punya mesin
waktu, sebenarnya yang ingin aku ulang adalah masa-masa perkenalan kita,
masa-masa saat aku dan kamu masih baik-baik saja. Andai aku punya mesin waktu,
aku ingin mengubah sikap-sikap burukku yang mungkin menyebabkan kamu pergi
secepat ini. Andai aku punya mesin waktu, aku ingin.... kamu kembali.
Untukmu
Tuan Emon -JR
Dari
Penggemarmu yang tak tahu diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar