“...Ketika Aku Mulai
Memahamimu...”
Awalnya, ini hanya
perasaan kagum yang tak begitu kupedulikan, tapi ternyata aku salah, perasaan
ini berkembang menjadi rasa takut kehilangan yang sulit kuhindari. Aku mulai
menyayangimu tanpa sepengetahuanmu. Semua berjalan seperti biasa dan aku
semakin menikmati kedekatan kita yang entah harus diberi nama dengan status
apa.
Aku tak pernah takut
saat mencintaimu. Layaknya air laut yang mengikuti lekuk gelombang, seperti
itulah aku membiarkan rasa cintaku terus mengalir tanpa kendali. Percakapan
setiap malam yang kau selipkan lewat pesan singkat mampu menyeretku ke perasaan
yang dulu sangat kuhindari; CINTA. Kamu membuka mataku dengan tindakanmu yang
ajaib, sampai-sampai aku tak lagi paham alasan yang harus kujelaskan. Mengapa
aku bisa begitu menggilaimu.
Sayang ini sangat
tulus. Sungguh. Tak ada penuntutan yang kulakukan, aku juga tidak mengganggumu,
dan aku juga tak meminta status serta kejelasan. Aku tak seberani itu kan? Kamu
mengetahuiku juga mengenalku, tak mungkin jika kau tak menyadari ada perasaan
berbeda dalam hatiku. Aku bisa menebak matamu, ketika kamu bercerita tentang
dunia yang ingin kau singgahi, saat kau membawaku ke dalam dunia ceritamu yang
sudah mulai kupahami. Aku berusaha memahami kemisteriusanmu.
Aku merasa sudah mulai
memahami. Aku merasa punya kesempatan untuk sedikit mencicipi hidup
menyenangkan bersamamu. Aku sangguo mengisi hari-harimu dengan kebahagiaan
baru. Tapi, ternyata kita tak sejalan. Perhatian yang kusediakan khusus untukmu
seakan menguap tak berbekas. Rasa sayang yang kuperjuangkan denga sangat demimu
seolah-olah tak pernah mampir sedikit dalam benakmu. Kau biarkan aku mengejar
bayangan, sementara kenyataan yang sesungguhnya entah kau sembunyikan di mana.
Batas kebahagiaan yang dulu kau jelaskan secara utuh padaku, kini buram dan
hitam.
Tidak mungkin kau
tidak tahu bahwa aku menyayangimu. Tidak mungkin kau tak memahami perhatian dan
tindakanku. Tidak mungkin hatimu begitu buta untuk mengartikan segalanya yang
kurasakan terhadapmu adalah cinta! Apa hatimu sengaja kau kunci rapat untukku?
Apa matamu sengaja kau butakan agar tak membiarkan bayanganku menyentuh
retinamu?
Langkahku terus
mencoba menggapaimu, jemariku merasa menggenggam tanganmu. Namun, ternyata
semua kosong. Kukira, percakapan kita adalah hal yang special bagimu. Kusangka,
semua perlakuanmu terhadapku adalah bukti bahwa kau menganggapku istimewa.
Nyatanya, aku salah menafsirkan. Bagimu, aku bukan siapa-siapa dan tak berarti
apa-apa.
Aku tak bisa menahanmu
pergi. Bahkan, ketika kau memilih habiskan kebahagiaanmu bersama yang lain,
kemudian membiarkan aku sendirian. Tanpa mengucapkan pisah dan tanpa kau tahu
sudah ada yang tumbuh diam-diam di hatiku; CINTA.
Ternyata, aku belum
benar-benar memahamimu. Ternyata aku belum benar-benar mengenalmu. Ternyata,
kamu yang kuperjuangkan dengan sangat mendalam, tak sehebat yang kubayangkan.
Pengecut!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar